Rabu, 20 Juli 2011
Bulan Kumpulan Cinta : Kumpulan Novel-Novel Cinta
Bulan Kumpulan Cinta | yang mungkin menjadi pertanyaan awal adalah mengapa kumpulan cinta judulnya? Atau lebih tepatnya Bulan Kumpulan Cinta? Meskipun tidak ada bulan cinta, tetapi bulan ini saya rencanakan untuk posting sesuatu yang berbau tentang kumpulan cinta.
Sebab awalnya sih karena pada bulan ini ada teman kuliah saya yang melangsungkan akad pernikahan. Tidak tanggung-tanggung, teman yang akan menikah itu ada 5 orang. Tapi bukan menikah masal, hanya kebetulan waktunya berdekatan saja. He he. Jadi tema tentang kumpulan cinta agak cocoklah rasanya. Mereka yang berbahagia itu adalah, Ida Teliyana, Shidiq Muhram, Apip Ansharullah Shidiq, Irma Maesaroh, dan Nisa Hayati. Betul-betul bulan kumpulan cinta deh.
Untuk mengawali tema kumpulan cinta ini, saya sajikan dulu kumpulan novel cinta romantis yang sejauh pengetahuan saya novel-novel cinta ini laris di pasaran.
Kumpulan cinta | Novel Cinta #1
“Taj Mahal: Kisah Cinta Abadi”
Penulis: John Shors
Taj Mahal, sebagai salah satu keajaiban dunia ternyata memiliki latar belakang kisah cinta yang penuh intrik. Simak kisah Jahanara yang berusaha mendapatkan kekasih sejatinya di balik dinding-dinding Taj Mahal.
(download)Taj Mahal: Kisah Cinta Abadi
Kumpulan cinta | Novel Cinta #2
Dalam Mihrab Cinta
Penulis: Habiburrahman El-Shirazy
Novel kang Abik ini memang unik. Setiap kisahnya mengajarkan kita untuk selalu optimis dan untuk selalu berusaha. Diramu dengan kisah yang menarik pula.
(Download) Dalam Mihrab Cinta.
Kumpulan cinta | Novel Cinta #3
Ayat-Ayat Cinta
Penulis: Habiburrahman El-Shirazy
Novel yang sempat difilmkan ini menjadi salah satu novel cinta terbaik di Indonesia. Tidak hanya itu Habiburrahman El-Shirazy sukses memasukan dakwah Islam dan pemaparan budaya yang jelas dan renyah dalam sebuah karya seni.
Jadi setujulah kiranya novel ayat-ayat cinta ini sebagai salah satu Novel Cinta terbaik di Indonesia
(Download) Ayat-Ayat Cinta.
Kumpulan cinta | Novel Cinta #4
Ketika Cinta Bertasbih
Penulis: Habiburrahman El-Shirazy
Habiburrahman El-Shirazy ternyata sangat produktif sekali dalam menulis kisah cinta Islami, terbukti Novel Cinta “ketika Bertasbih” ini diapresiasi banyak kalangan di Indonesia. Bahkan menarik ribuan peserta audisi Film Ketika Cinta Bertasbih.
(Download) Ketika Cinta Bertasbih
Kumpulan cinta | Novel Cinta #5
Takbir Cinta Zahrana
Kumpulan cinta | Novel Cinta #6
Twilight Novel Versi Indonesia + DJVU Reader (katanya lebih rame daripada filmnya)
Kiranya hanya segitu dulu kumpulan cinta Novel yang saya jelaskan. Untuk novel Taj Mahal, sebetulnya saya belum baca, tapi karena penjelasan beberapa blogger, saya jadi agak tertarik juga untuk membaca dan mengutip novel tersebut dalam “kumpulan cinta”…
Sebetulnya masih banyak juga novel romantis yang layak masuk dalam kumpulan cinta ini, namun yang saya pilih Cuma novel-novel yang tadi aja.. hehe. Kalo kebanyakan, bisa bingung juga yah …
mudah-mudahan untuk tema selanjutnya tentang kumpulan cinta, saya sajikan lagu-lagu cinta terbaik ... hehehe
Mudah-mudahan kumpulan novel-novel cinta ini menjadi bumbu bulan madu buat teman-temanku yang sedang berbahagia bersama kekasihnya masing-masing. Mudah-mudahan langgeng selalu, romantis sepanjang masa, kemudian bermuara dalam kumpulan cinta dari Yang Maha Kuasa.
Referensi :
Download E-Book Novel Best Seller
Novel Romantis - Download Novel Romantis
Sebab awalnya sih karena pada bulan ini ada teman kuliah saya yang melangsungkan akad pernikahan. Tidak tanggung-tanggung, teman yang akan menikah itu ada 5 orang. Tapi bukan menikah masal, hanya kebetulan waktunya berdekatan saja. He he. Jadi tema tentang kumpulan cinta agak cocoklah rasanya. Mereka yang berbahagia itu adalah, Ida Teliyana, Shidiq Muhram, Apip Ansharullah Shidiq, Irma Maesaroh, dan Nisa Hayati. Betul-betul bulan kumpulan cinta deh.
Untuk mengawali tema kumpulan cinta ini, saya sajikan dulu kumpulan novel cinta romantis yang sejauh pengetahuan saya novel-novel cinta ini laris di pasaran.
Kumpulan cinta | Novel Cinta #1
“Taj Mahal: Kisah Cinta Abadi”
Penulis: John Shors
Taj Mahal, sebagai salah satu keajaiban dunia ternyata memiliki latar belakang kisah cinta yang penuh intrik. Simak kisah Jahanara yang berusaha mendapatkan kekasih sejatinya di balik dinding-dinding Taj Mahal.
(download)Taj Mahal: Kisah Cinta Abadi
Kumpulan cinta | Novel Cinta #2
Dalam Mihrab Cinta
Penulis: Habiburrahman El-Shirazy
Novel kang Abik ini memang unik. Setiap kisahnya mengajarkan kita untuk selalu optimis dan untuk selalu berusaha. Diramu dengan kisah yang menarik pula.
(Download) Dalam Mihrab Cinta.
Kumpulan cinta | Novel Cinta #3
Ayat-Ayat Cinta
Penulis: Habiburrahman El-Shirazy
Novel yang sempat difilmkan ini menjadi salah satu novel cinta terbaik di Indonesia. Tidak hanya itu Habiburrahman El-Shirazy sukses memasukan dakwah Islam dan pemaparan budaya yang jelas dan renyah dalam sebuah karya seni.
Jadi setujulah kiranya novel ayat-ayat cinta ini sebagai salah satu Novel Cinta terbaik di Indonesia
(Download) Ayat-Ayat Cinta.
Kumpulan cinta | Novel Cinta #4
Ketika Cinta Bertasbih
Penulis: Habiburrahman El-Shirazy
Habiburrahman El-Shirazy ternyata sangat produktif sekali dalam menulis kisah cinta Islami, terbukti Novel Cinta “ketika Bertasbih” ini diapresiasi banyak kalangan di Indonesia. Bahkan menarik ribuan peserta audisi Film Ketika Cinta Bertasbih.
(Download) Ketika Cinta Bertasbih
Kumpulan cinta | Novel Cinta #5
Takbir Cinta Zahrana
Kumpulan cinta | Novel Cinta #6
Twilight Novel Versi Indonesia + DJVU Reader (katanya lebih rame daripada filmnya)
Kiranya hanya segitu dulu kumpulan cinta Novel yang saya jelaskan. Untuk novel Taj Mahal, sebetulnya saya belum baca, tapi karena penjelasan beberapa blogger, saya jadi agak tertarik juga untuk membaca dan mengutip novel tersebut dalam “kumpulan cinta”…
Sebetulnya masih banyak juga novel romantis yang layak masuk dalam kumpulan cinta ini, namun yang saya pilih Cuma novel-novel yang tadi aja.. hehe. Kalo kebanyakan, bisa bingung juga yah …
mudah-mudahan untuk tema selanjutnya tentang kumpulan cinta, saya sajikan lagu-lagu cinta terbaik ... hehehe
Mudah-mudahan kumpulan novel-novel cinta ini menjadi bumbu bulan madu buat teman-temanku yang sedang berbahagia bersama kekasihnya masing-masing. Mudah-mudahan langgeng selalu, romantis sepanjang masa, kemudian bermuara dalam kumpulan cinta dari Yang Maha Kuasa.
برك الله لك وبرك عليك وجمع بينكما فى الخير
Referensi :
Download E-Book Novel Best Seller
Novel Romantis - Download Novel Romantis
Aku, Kamu, dan Dia (Mempertahankan Indonesia dari kaca mata generasi muda )
Aku, Kamu dan Dia
Aku = Indonesia
Kamu = Negara tetangga
Dia = Negara Adi KuasaAku,,,,,
Jika Aku jadi kamu,, maka akan ku raih apa yang bisa kuraih di sekitar ku.
Jika Aku jadi dia,, maka akan ku genggam seluruh isi dunia.
Tapi,,,,
Aku tak mau jadi Kamu ataupun Dia.
Aku ingin tetap jadi Aku.
Menyelami dalamnya samudra ku
Dan memandang hijaunya sawah ladang ku.
Jauh lebih indah dari pada harus menjadi Kamu dan Dia.
Aku,,,,,
Ingin tetap menjadi Aku.
Karena Aku adalah
GEMAH RIPAH LOH JINAWI
TOTO TENTREM KERTO RAHARJO
by : Wike dwi Utomo
== Satge 1 ==> Salam BerfikirHari ini tanggal 2 agustus 1984, pagi itu aku terbangun bersama heningnya senyuman yang tertuang dari garis-garis tipis kulit berwarna coklat yang mewarnai seluruh wajah ku. Mentari memberikan tunduk salamnya dengan penuh rasa kasih sayang kepada pori-pori kulit ari ku. Seraya tak mau kalah, udara sejuk pagi hari menerbangkan buliran-buliran embun pagi ke seluruh ruangan kamar sempit ini, yang jika di hirup,, "hhhhmmmmmmm Amboiiiii sejuknya", begitu kiranya kata yang akan terucap secara otomatis dari fovea nasalis mu. Burung pagi yang berkaki pendek dan berparuh pendek pula mencoba ikut meramaikan suasana dengan cara berlompatan terlihat jinak namun gesit sangat. Iringan simphoni pagi yang merdu bukan kepalang mengalun dari sang empunya paruh itu. Banyak sekali jenis burung pagi disni, sampai tak mampu aku menghitungnya dengan nalar dan logika.
Ke damaian, Ke elokan dan ke sejukan, mungkin hanya akan terjadi disini. Di tanah yang menjulang dari sabang sampai merauke, di wilayah yang membentang hijau alami asri di sekitar katulistiwa. Inilah rumah damai ku, meskipun hanya beratapkan sayap garuda, berdindingkan abu para pejuang dan bertaman hamparan hutan tropis di kalimantan, aku bangga tinggal disini. Biar orang mengatakan aku pemalas, dengan bangun pukul 8.00 dan tidur pukul 15.00, tapi aku tak peduli, tak akan ku hiraukan runyaman mulut iri mengeringkan keringat damai ku.
Segudang gabah berjubel bahkan hingga meluber tercecer dari lumbung padi rumahku, tak elak dengan segala kemurahan dan kerendahan hati, ku berikan gabah-gabah itu ke tetangga ku, ku ajari mereka cara menanam Oryza sativa supaya berbulir montok dan ranum. Mereka pun terkekeh dan berkeluh kegirangan di hari itu. Sungguh aku masih ingat betul saat itu. Aku pun melangkahkan kaki ku dengan menyeret sejuta kebanggaan dan kebahagiaan karena telah menolong saudra-saudara ku yang berbeda teritorial. Senyum pun ku sunggingkan di depan para pelajar-pelajar yang sibuk mencium tangan kedua orang tuanya kala bel masuk sekolah hampir berbunyi. Tepat di depan sebuah sekolah dasar kecil namun asri, langkah ku kuhentikan kembali. Sejenak aku merinding bangga melihat sang saka merah putih berkibar perlahan menuju ujung tiang nya dengan diiringi alunan mesra lagu kebangsaan yang berdengung dari puluhan anak-anak kecil berseragam putih merah itu. Hati ku berdecak kagum melihat para pelajar lainnya yang sopan santun tersenyum pada gurunya meskipun hanya dengan balutan kain usang dan buku bergaris dengan pori-pori meringis, dia pun mencoba menghafal kata-kata bahasa asing yang belum populer pada saat itu. Hmmmmmm,,, aku pun pulang dengan rasa lega bangga menulusup melalui sungsum tulang belakang ku.
Hari itu kuisi kosongnya rongga paru-paru ku dengan sejuta rasa bangga nan bahagia, sontak langsung membawa ku kedalam alam relaksasi di balik pejaman kelopak mata. Dalam tidur sekejapku, aliran nafas ku tak terkontrol, keringat dingin ku mengucur menetes seperti orang habis lari marathon. Malam pun berlalu tak terasa, dan waktu pun berjalan seperti kilatan cahaya petir yang bergurat dan menakutkan. Tak terasa aku ternyata sudah tertidur terlalu lama.
Hari ini Jumat 12 Juni 2009, Aku sontak terbelalak karena matahari kini bertingkah laksana anjing galak tatkala menyapaku. Kesopanan matahari pagi yang begitu sabar, kini berubah durjana. Menyalak membentak kulit ku dengan asupan energi panas yang berlebihan, membuat pori-pori tak ber selimut di tubuhku seketika langsung merah dan kemudian menghitam. Mataku langsung melotot dan berputar-putar mengobserfasi puluhan kejadian yang membingungkan di pagi ini. Saat ku buka jendela dan bersiap mendengarkan simphoni cicit cuit burung-burung pagi, telingaku merasakan getaran gelombang yang berbeda di pagi ini.
"mmmmm,,,,, apa itu??"
"Bukan-bukan, itu bukan suara burung-burung pagi ku"
"Jreng-jreng.........", getaran itu terus mengalun. Setelah kutanyakan kepada saudara muda ku tentang suara apa yang telah menggantikan simphoni embun pagi ku. Hmmmmmm,,,, ternyata itu adalah alunan gitar Iwan Fals yang menyanyikan kritikan-kritikan cerdas kepada pemerintah.
Di pagi ini aku benar-benar bingung, semua telah berubah, semua mirip sarang laba-laba yang semrawut di atap rumah ku. Dari lagu yang di dendangkan milik iwan fals, sepertinya di pagi ini benar-benar sudah kacau. Koruptor-koruptor yang di lambangkan sebagai tikus-tikus berdasi, gaji guru yang dikebiri milik bapak omar bakri, sampai harapan-harapan mulia kepada para anggota dewan dan presiden. Belum sempat aku berfikir tentang pagi ini, tiba-tiba mobil polisi dengan sirine yang meraung-raung membawa ratusan peti mati TKI. Hamparan sawah yang dulu hijau kini menganga kering kerontang tinggal tulang. Tuhan,,, apa yang sebarnya terjadi di pagi hari ini?? apakah aku masih bermimpi???
Tertegun aku menunduk memandang kerikil hitam yang garang, gontai dan lunglainya langkah ku membuat debu-debu yang bercampur angin menerbangkan anganku ke udara. Akhirnya ku dudukkan pantatku di sebuah gelondongan glugu yang sudah tua, dari bentuk potongannya, nampaknya kayu ini telah mati sebelum waktunya. Dengan sedikit mengerutkan dahi, aku tekuk lutut berdebu ini, sambil ku letakkan kedua siku tangan ku diatasnya. Sejenak aku merenung, lalu mendongak keangkasa sambil mencoba mendengarkan berita dari alam lewat hembusan sang udara.
Di dalam rintihan suara mistisnya, alam mencoba berbisik padaku. Hari ini adalah milenium baru, abad baru dan jaman baru. Jaman dimana lapisan ozon telah terkikis tipis, hingga membuat mentari pagi marah dan mengoyak pori-pori mu. Jaman ini adalah jaman krisis, dimana kepercayaan hanyalah sebuah gurauan belaka yang di umbar saat kampanye. Jaman ini adalah jaman sulit, yang membuat jutaan pribumi berduyun-duyun berebut disiksa untuk mendapatkan ringgit dan dolar. Jaman ini adalah jaman sulit, dimana aku harus menjilat dan menuruti kemauan kamu dan dia hanya untuk melahap singkong yang tumbuh di halaman ku sendiri.
Setitik metafora diatas adalah sebuah perjalanan refolusi yang menyayat dan melukai hati sang garuda yang tanpa lelah menaungi kita. Sepercik gambaran yang mencoba tertuang di halaman putih negara ini dengan keheningan goresan tinta yang terbuat dari darah dan tetes air mata para kaum pribumi yang semakin tersisih. Sebuah renungan betapa rapuhnya negara yang berisikan rayap-rayap pekerja yang bodoh dan dibodohi, sehingga tak pernah tau betapa pentingnya melakukan metamorfosis untuk membangun bangsa dan mensejahtrakan semuanya.
Pemerintah hanya bisa berujar, politikus tak malu berucap sumpah, mahasiswa berorasi arogan dengan sebuah tuntutan tanpa pernah berfikir untuk bersama menghasilkan solusi tentang perubahan, sedangkan para konglomerat rame-rame munutup kaca mobilnya yang berwarna hitam dengan mencoba bertindak apatis seraya tak peduli dengan semua yang terjadi. Semua saling menunggangi, semua saling berebut benar, sehingga jutaan rakyat hanya bisa duduk, melihat dan menahan sakit dari sebuah hal yang harus mereka rasakan tanpa tau sebab musababnya.
Namun, sayatan, tikaman dan penindasan yang terjadi saat ini hanyalah sebuah imbas dari perubahan yang sedang dialami bangsa ini. Bangsa ini sedang mengalami revolusi, mencoba melakukan perbaikan dan perubahan untuk menaikkan derajatnya. Revolusi memang pasti terjadi pada sebuah negara yang ingin memperbaiki nasibnya. Tak jarang harus ada tumbal dan korban dari peristiwa revolusi . Semua ini bisa berjalan cepat ataupun lambat, tergantung sejauh mana bangsa tersebut mampu belajar dari kesalahan yang pernah dilakukan dan menjadikannya sebagai guru terbaik di dalam bernegara.
Banyak sekali negara-negara besar didunia yang pernah mengalami revolusi, misalnya prancis, inggris, Amerika, jepang, china, dan lain-lain. Dalam menjalani fase revolusinya, prancis menghabiskan waktu 75 tahun untuk hidup dibawah penderitaan dengan diwarnai tetes darah dan jeritan para kaum proletar. Sedangkan revolusi industri di inggris berlangsung mulai 1760 hingga 1860, sungguh masa yang sangat lama untuk selalu mendengarkan jeritan para kaum buruh. Sedangkan di Indonesia revolusi baru di mulai, jadi masih akan banyak sekali berbagai penderitaan yang harus kita alami. Bangsa ini masih prematur, baru berusia 63 tahun, belum seabad bangsa ini mengecap aroma kemerdekaan. semua mengalami proses, tidak bisa dari bayi langsung menjadi orang tua, sehingga di dalam masa revolusi adalah sebuah masa untuk belajar dari seluruh kejadian yang menimpa kita.
Kasus korupsi yang tak terhitung jumlahnya, berita tentang pembunuhan yang setiap hari selalu tayang di TV, kasus penculikan, pencabulan, dan kekerasan dalam rumah tangga yang selalu nimbrung ngikut dibelakangnya, demonstrasi yang berakhir dengan kerusuhan dan berita tentang TKI yang disiksa, Itu semua adalah pengalaman yang harus kita ambil hikmahnya. Pepatah mengatakan, guru terbaik adalah pengalaman dan sekarang saatnya menjadikan seluruh bencana derita yang terjadi di negeri ini menjadi sebuah guru buat kita. sanggupkah kita??
Suatu ketika saya pernah ngobrol dengan teman saya di kampus sesaat setelah kuliah mikro biologi. Saya ingat betul waktu itu, hanya gara-gara memperdebatkan masalah minimnya fasilitas di laboratorium kami, tak sadar arah pembicaraan kita melangkah kepada sebuah hal yang sangat kental dengan aroma politik dan kenegaraan. Dengan sebuah nada yang jengkel dan putus asa karena tidak mendapatkan fasilitas yang semestinya, dia mengatakan :
"Hahhhh,,, beginilah orang indonesia......#@#*!^@%$#@!...", kalimat yang belakang sengaja saya samarkan karena tidak etis untuk saya tuliskan. Sejenak saya terdiam lalu kemudian tertawa dalam hati.
"hahahahaha,, lha bukankah dia juga orang Indonesia".
Sebuah hal yang sangat memalukan dan selalu kita lakukan adalah menghina negeri kita sendiri. Bukankah menghina negeri sendiri sebenarnya adalah menghina diri kita sendiri?? Tapi hal tersebut hampir selalu kita lakukan untuk menumpahkan kekesalan dan rasa keputus asaan terhadap sebuah keburukan yang terjadi di negeri ini. Sebenarnya kita semua tahu akan sebuah hal yang benar itu seperti apa, namun sayangnya egoisme pribadi selalu mencoba menfaatkan setiap situasi yang ada.
Aku paling tidak suka ketika orang mengatakan indonesia itu jelek, buruk, ketinggalan jaman, dan sebagainya. Karena menurut ku, mereka yang mengatakan demikian tak ubahnya seekor kecoa yang benci dengan rumahnya sendiri. Meskipun kotor dan bau busuk, namun ini rumah kita. Jika tidak ingin orang memandang keburukan kita, maka kita bersama harus membersihkannya dan menjadikannya seindah mungkin. Jika tidak kita yg merawat rumah kita, maka siapa lagi yg akan merawatnya...? Berkomentar saja tidak lah cukup kawan,, namun yang dibnutuhkan sekarang ini adalah sebuah tindakan riil.
=========================== Segitiga Metafora ===========================
Senin, 18 Juli 2011
Cewek Bispak
Delhi Hotels Radisson, Best Business Hotel in India
This Delhi Airport Hotel is adorned with 256 trendy rooms, 28 lavish suites along with 1 presidential suites classified in to superior rooms, business rooms, Radisson club rooms, executive suites, deluxe suites and luxury suites. This 5 star hotel in Delhi is designed with rooms exhibiting fashionable amenities like television, wireless internet access, tea/coffee maker, iron/ironing board, in-room mini bar and 24 hours room services.
The dine and wine at hotel Radisson in Delhi is an experience to cherish forever as well as it is a paradise of assorted collection of mouth watering cuisines to relish by all food lovers. The illustrious restaurants as well as bars include R the Lounge, the Great Kebab Factory, The Med, New York cafe, Savannah Bar and Plaza Club Lounge.
This luxury hotel in Delhi is a perfect place for self rejuvenation amid its recreational facilities of spa, hydrotherapy and beauty salon. The other luxurious services includes swimming pool with a pool bar, indoor as well as outdoor parking, baby sitting available on request, doctor on call, shopping centre, flower shop, laundry y services, foreign currency exchange counter and travel desk.
This Delhi Hotel is situated at a distance of 4 kms from IGI airport as well as 20 kms from railway station and is well connected to all major tourist places. This Delhi Airport Hotel is the most sought after hotel by both business as well as pleasure travelers for an enamoring stay at the heart of nation.
Author is an eminent and experienced Content Writer in Travel & Tourism related topics. Author has written several articles on Delhi hotels and Radisson Hotel in Delhi etc. Currently, Author is rendering service for Go Heritage India Journeys.
Nowadays people are traveling more than ever before. Whether it is by air, railway or a car. People wants to visit as many places as possible. In recent years due to great economic development, Asia has become a frequent destination for travelers. One of these countries which are being visited the most in Asia is Malaysia and its most famous city Kuala Lumpur. This great city is also the capital of Malaysia. With population nearing 2 million people and area of 245 square kilometers the city really has a lot to offer.
If you are business traveler or just visiting Kuala Lumpur with your family - you need a place to stay. Of course there are many hotels located across the city. If you are looking for cheap Kuala Lumpur hotels, there are definitely many of them to be found in the outskirts of the city. Most of those small hotels are family owned and operated and "cheap" doesn't mean you are going to get less service.
One of the many cheap hotels to stay is the "Hotel Istana City Center". This is a 4-Star hotel and spa center for business and pleasure. Whether you are visiting the city because of business arrangements or on vacation this is your number place to stay of cheap Kuala Lumpur hotels. Even though it is a 4-Star hotel, the rooms are at very affordable prices.
Another place you could go for if you are on the budget in is Nikko Kuala Lumpur Hotel. The hotel is located in the heart of down town and within walking distance of numerous attractions and transportation links. It is about 9.92 km from the center of Kuala Lumpur and provides very comfortable accommodation. All business needs you might have are supplied and if you are going to have a lot of business meetings, the Nikko Hotel is the place to stay.
If you are not into the big hotels and want to stay in some smaller place there is solution to that too. Hotel Grand Continental Kuala Lumpur is where you should stay at. The hotel is 3-Star and the nearby attraction is the Putra World Trade Centre. It is also just a few minutes away from the business district. You can rent a car right from the hotel if you want to drive around the city.
One of the best cheap Kuala Lumpur Hotels is Citin Hotel Pudu Kuala Lumpur. It is a 2 star hotel with 98 rooms but with the luxury of almost 4-Star hotels. This is your number one place to stay especially if you are on vacation in the city. Citin Hotel Pudu Hotel is situated in the heart of Kuala Lumpur and close to the St. John's Cathedral. It is also within walking distance to shopping, dining and entertainment options.
All of the above options are great depending on your needs and arrangements when visiting Kuala Lumpur. Depending on the days you are going to stay in the city it won't be a bad idea to switch the hotels. For example, if you are staying for 7 days in the city you could go with two hotels of your choice. When visiting on business, you could first go with a little more expensive hotel and when done with business meeting to move into less expensive hotel. This way you will get to stay at different hotels and experience the unique services each hotel has to offer.
Today's customer relies on the ability to enjoy their hotel stay beyond any freebee or rewards offered. The modern hotel is one that can build a relationship with their customers with a personalized stay - a stay that customers want to come back to again and again. But how does a large hotel create such personalization? The infrastructure of large hotels is no longer like the grass-roots hotel of previous generations.
How are today's hotel customers different?
Customers who were once pleased by rewards and prizes care more about the hotel that remembers them. The frequent traveler and the occasional vacationer are more likely to return to a hotel that gets to know them. The issue is that it can be difficult for customers to describe what they want in a personalized stay. Staff must be cunning and diligent, finding information by listening when their customers give them small talk or complaints, and being the pleasant surprise that the customer least expects.
What strategy can be used to connect to customers?
The use of a Customer Relationship Management (CRM) application to create a business strategy is an excellent way to increase customer loyalty and customer retention. By personalizing a customer's stay, a hotel can ensure that customers will come back again and again simply by remembering their favorite beverage, pillow or other preferred amenity.
So why do hotels need effective CRM implementations?
CRM implementations allow hotels to customize the stay of loyal and valued customers as well as create special loyalty rates for customers who continue to spend quality time and money with the hotel. This is important because customers remember hotels that gave them personalized care. Also, a business strategy put into place with CRM ensures that the hotel's technology is up to date and that a hotel can track a customer's satisfaction by creating a close relationship to that customer.
What are some other benefits to CRM implementation?
Today's technology allows a hotel to get to know loyal customers and provide special gifts such as sending flowers to a spouse or gifts for children simply from remembering how the customer feels about those who are special in their lives. Technology also gives a hotel the ability to provide advertisements to guests who are of a certain age who may or may not have children to provide them with personalized information based on who they are vacationing with.
Which customers have become the primary focuses for CRM?
Business customers travel frequently and high-end service is important to them in the hotels they stay in. Hotels are often impersonal for business customers, and it is important to make them feel as comfortable and as much at home as possible. Learning their needs produces more stays and requests for your particular hotel. CRM is important for logging the personalized amenities of business customers in order to ensure they have the best stay.
What is the profitability for a hotel with CRM?
With the primary focus on the customer's personalized needs and not on finance, marketing or sales, CRM allows hotels to maximize profitability by creating loyal customers, improving customer service and improving customer retention. The more customers who continue to stay due to the relationship they have built with that hotel through CRM implementation, the more profitable that hotel becomes.
Attention to the preferences and dislikes of a customer allows a customer's stay to be enjoyable, and implementing CRM applications into hotel technology creates a streamlined approach to personalizing the stay of customers. When preferences and dislikes are tracked, a hotel is able to provide the most comfortable stay, and becomes an enjoyable place for all customers to come back to again and again. Increasing customer loyalty is extremely important for the modern hotel, and CRM provides the relationship link between that hotel and the customer in order to give the customer a quality experience.
It is important to understand that CRM is a way to run your hotel, and not just a tool to use within the way your hotel is run. Although technology is used in the organizing of customer data, Customer Relationship Management is a strategy that your entire staff should be on board with implementing individually and completely.
After choosing a destination for your vacation, the next problem becomes where to stay. Many people choose hotel chains based on name familiarity and ease, although all you will really get is a place to sleep and nothing more. Many people believe that a bed and breakfast is out of their budget when in fact, a luxury B & B Inn costs the same as a four star hotel.
With a bed and breakfast you receive personalized service and attention, not a number on an invoice. There are many other advantages to a B & B verses a hotel, lets take a look at some:
Your Home Away From Home!
Bed and Breakfast Inns are generally houses that have had their rooms designed to accommodate guests. Each room is decorated with the comfort of the guest in mind and each room has its own personality. There are no generic rooms at these types of inns; they are made to feel like your home away from home.
Gourmet Food Included!
As the name implies, the daily rate of a B & B stay will always include the first, most important meal of the day. While a continental breakfast is often included in chain hotel rates the breakfast at a Bed and Breakfast is always of a significantly higher quality. Innkeepers take great pride in serving well-balanced and tasty meals, allowing guests to enjoy every aspect of their stay. Although every Inn is different, you can generally expect a full breakfast of meat and eggs with fresh baked breads, muffins, fresh juice, fruit and other home made goodies. Some Inns also offer afternoon tea and nightly wine and cheese hours.
Cost Effective!
Today more then ever, saving expenses on accommodations is essential. B & B Inns are more cost-effective when you consider the entire price of the stay. For example, a Inn may charge what at first seems like expensive nightly fees, but look at some of what is included in that fee: local phone calls, movies, concierge services, parking, and much more. Just these extras at a hotel can add $75.00 or more to your daily bill.
A cheap hotel is an establishment that provides lodging for money usually on a short-term basis. The provision of basic accommodation, in times past, consisting only of a room with a bed, a small table, a cupboard and a washstand has mostly been replaced by rooms with modern facilities, including en-suite bathrooms and air conditioning or climate control.Further common facilities found in cheap hotel rooms are Internet connection, a satellite TV, a telephone and an alarm clock; snacks and drinks may be supplied in a mini-bar, and tea and coffee making facilities. Larger to mid-sized 3 and 4 star hotels often offer a multitude of additional amenities e.g. a gourmet restaurant, a swimming pool or childcare, and have conference and social function services. Budget hotel rooms frequently are numbered, or named in some B&B's and smaller hotels and, to allow guests to identify their room. A few of these Rome cheap hotels offer food as part of a reservation. The law in Great Britain requires, a hotel to tender drinks and food to all guests within a certain stated period of time; Despite the fact in some countries it is likely to be the case that a few budget places named private hotels found a way around this requirement. Yet with all the budget hotels in Rome we from our web sites it's going to be evidently outlined whether meals are part of reservation or not.
In most western countries such as Australia, Canada and Ireland (very different to the USA), the term hotel may also refer to bar or pub and perhaps doesn't offer accommodation. In Bangladesh and India, the word hotel could also refer to a restaurant.
B&B Trastevere House is the right place to stay when considering getting a flight to Rome and enjoying your weekend break in a decently priced hotel. If that was purpose you typed the key word "cheap accommodation", "cheap place to stay", "budget hotel" or "cheap hotels" into Google than you pretty much found what you were seeking. B&B Trastevere House starts with 37.50 the night. Many of the cheap hotels in Rome like the B&B Trastevere House property are established elected locations with panoramic views very close by all major places of interest. Budget hotel common facilities are: cable TV or satellite, minibar, dishwasher, washer, dryer, sink, shower, bath, fridge, freezer, wardrobes, all the interior functional, clean and comfortable needlessly to say in a traditional chain hotel.
Cheap Kuala Lumpur Hotels
If you are business traveler or just visiting Kuala Lumpur with your family - you need a place to stay. Of course there are many hotels located across the city. If you are looking for cheap Kuala Lumpur hotels, there are definitely many of them to be found in the outskirts of the city. Most of those small hotels are family owned and operated and "cheap" doesn't mean you are going to get less service.
One of the many cheap hotels to stay is the "Hotel Istana City Center". This is a 4-Star hotel and spa center for business and pleasure. Whether you are visiting the city because of business arrangements or on vacation this is your number place to stay of cheap Kuala Lumpur hotels. Even though it is a 4-Star hotel, the rooms are at very affordable prices.
Another place you could go for if you are on the budget in is Nikko Kuala Lumpur Hotel. The hotel is located in the heart of down town and within walking distance of numerous attractions and transportation links. It is about 9.92 km from the center of Kuala Lumpur and provides very comfortable accommodation. All business needs you might have are supplied and if you are going to have a lot of business meetings, the Nikko Hotel is the place to stay.
If you are not into the big hotels and want to stay in some smaller place there is solution to that too. Hotel Grand Continental Kuala Lumpur is where you should stay at. The hotel is 3-Star and the nearby attraction is the Putra World Trade Centre. It is also just a few minutes away from the business district. You can rent a car right from the hotel if you want to drive around the city.
One of the best cheap Kuala Lumpur Hotels is Citin Hotel Pudu Kuala Lumpur. It is a 2 star hotel with 98 rooms but with the luxury of almost 4-Star hotels. This is your number one place to stay especially if you are on vacation in the city. Citin Hotel Pudu Hotel is situated in the heart of Kuala Lumpur and close to the St. John's Cathedral. It is also within walking distance to shopping, dining and entertainment options.
All of the above options are great depending on your needs and arrangements when visiting Kuala Lumpur. Depending on the days you are going to stay in the city it won't be a bad idea to switch the hotels. For example, if you are staying for 7 days in the city you could go with two hotels of your choice. When visiting on business, you could first go with a little more expensive hotel and when done with business meeting to move into less expensive hotel. This way you will get to stay at different hotels and experience the unique services each hotel has to offer.
ladies off boking hotel
How are today's hotel customers different?
Customers who were once pleased by rewards and prizes care more about the hotel that remembers them. The frequent traveler and the occasional vacationer are more likely to return to a hotel that gets to know them. The issue is that it can be difficult for customers to describe what they want in a personalized stay. Staff must be cunning and diligent, finding information by listening when their customers give them small talk or complaints, and being the pleasant surprise that the customer least expects.
What strategy can be used to connect to customers?
The use of a Customer Relationship Management (CRM) application to create a business strategy is an excellent way to increase customer loyalty and customer retention. By personalizing a customer's stay, a hotel can ensure that customers will come back again and again simply by remembering their favorite beverage, pillow or other preferred amenity.
So why do hotels need effective CRM implementations?
CRM implementations allow hotels to customize the stay of loyal and valued customers as well as create special loyalty rates for customers who continue to spend quality time and money with the hotel. This is important because customers remember hotels that gave them personalized care. Also, a business strategy put into place with CRM ensures that the hotel's technology is up to date and that a hotel can track a customer's satisfaction by creating a close relationship to that customer.
What are some other benefits to CRM implementation?
Today's technology allows a hotel to get to know loyal customers and provide special gifts such as sending flowers to a spouse or gifts for children simply from remembering how the customer feels about those who are special in their lives. Technology also gives a hotel the ability to provide advertisements to guests who are of a certain age who may or may not have children to provide them with personalized information based on who they are vacationing with.
Which customers have become the primary focuses for CRM?
Business customers travel frequently and high-end service is important to them in the hotels they stay in. Hotels are often impersonal for business customers, and it is important to make them feel as comfortable and as much at home as possible. Learning their needs produces more stays and requests for your particular hotel. CRM is important for logging the personalized amenities of business customers in order to ensure they have the best stay.
What is the profitability for a hotel with CRM?
With the primary focus on the customer's personalized needs and not on finance, marketing or sales, CRM allows hotels to maximize profitability by creating loyal customers, improving customer service and improving customer retention. The more customers who continue to stay due to the relationship they have built with that hotel through CRM implementation, the more profitable that hotel becomes.
Attention to the preferences and dislikes of a customer allows a customer's stay to be enjoyable, and implementing CRM applications into hotel technology creates a streamlined approach to personalizing the stay of customers. When preferences and dislikes are tracked, a hotel is able to provide the most comfortable stay, and becomes an enjoyable place for all customers to come back to again and again. Increasing customer loyalty is extremely important for the modern hotel, and CRM provides the relationship link between that hotel and the customer in order to give the customer a quality experience.
It is important to understand that CRM is a way to run your hotel, and not just a tool to use within the way your hotel is run. Although technology is used in the organizing of customer data, Customer Relationship Management is a strategy that your entire staff should be on board with implementing individually and completely.
cewek jual keperawanan
With a bed and breakfast you receive personalized service and attention, not a number on an invoice. There are many other advantages to a B & B verses a hotel, lets take a look at some:
Your Home Away From Home!
Bed and Breakfast Inns are generally houses that have had their rooms designed to accommodate guests. Each room is decorated with the comfort of the guest in mind and each room has its own personality. There are no generic rooms at these types of inns; they are made to feel like your home away from home.
Gourmet Food Included!
As the name implies, the daily rate of a B & B stay will always include the first, most important meal of the day. While a continental breakfast is often included in chain hotel rates the breakfast at a Bed and Breakfast is always of a significantly higher quality. Innkeepers take great pride in serving well-balanced and tasty meals, allowing guests to enjoy every aspect of their stay. Although every Inn is different, you can generally expect a full breakfast of meat and eggs with fresh baked breads, muffins, fresh juice, fruit and other home made goodies. Some Inns also offer afternoon tea and nightly wine and cheese hours.
Cost Effective!
Today more then ever, saving expenses on accommodations is essential. B & B Inns are more cost-effective when you consider the entire price of the stay. For example, a Inn may charge what at first seems like expensive nightly fees, but look at some of what is included in that fee: local phone calls, movies, concierge services, parking, and much more. Just these extras at a hotel can add $75.00 or more to your daily bill.
cewek muslim hott
In most western countries such as Australia, Canada and Ireland (very different to the USA), the term hotel may also refer to bar or pub and perhaps doesn't offer accommodation. In Bangladesh and India, the word hotel could also refer to a restaurant.
B&B Trastevere House is the right place to stay when considering getting a flight to Rome and enjoying your weekend break in a decently priced hotel. If that was purpose you typed the key word "cheap accommodation", "cheap place to stay", "budget hotel" or "cheap hotels" into Google than you pretty much found what you were seeking. B&B Trastevere House starts with 37.50 the night. Many of the cheap hotels in Rome like the B&B Trastevere House property are established elected locations with panoramic views very close by all major places of interest. Budget hotel common facilities are: cable TV or satellite, minibar, dishwasher, washer, dryer, sink, shower, bath, fridge, freezer, wardrobes, all the interior functional, clean and comfortable needlessly to say in a traditional chain hotel.
Novel Remaja
Jumat, 20 November 2009
SERI 1 :
Ribetnya cinta sama Henna
Oleh : Hanifa & Iklima
Henna seorang siswi kelas 8 Sekolah Menengah Pertama, yang sangat berharap ada lelaki yang suka padanya. Tapi berungkali lelaki yg suka padanya ,tak ada yang dapat membuat hatinya mau untuk menerimanya. Dia pun sudah bosan karena kesendiriannya itu.
Dia selalu menanyakan kepada kakaknya tentang indahnya berpacaran. Padahal Henna adalah seorang gadis pintar,dermawan,dan cantik. Kira-kira sampai kapan ya Henna seperti ini terus untuk mencari seorang pacar ??
**Pada suatu hari di rumah Henna sedang berbincang bincang dangan kakaknya**
”ehmm..gimana tuh cowo yg lue taksir? Uda ada perkembangan gak? ” Tanya Henna
”ya ampun kayaknya lue ketinggalan cerita deh,bukannya perkembangan.. bego ! tapi sekarang dia uda nembak gua ,dan jadian deh...” Ka Iva
”Ah masa sih,cepet amat ! ” Henna
”Ya iya lah gue gitu loh,kenapa ? gak percaya?” Ka Ivha
”Ahaha..bukannya gak percaya tapi MUSTAHIL ..hemm udalah gua mau bobo dulu,capek banget” Henna
”Yaudah kalo gak percaya,,eh gua kasih tau aja ya, gimana mau dapat cowo, kalo lue tiap pulang sekolah langsung pulang ke rumah dan bobo siang??? Payah kamu !” Ka Iva
”Emm..ah BODO AMAT gua !! “ Henna
“Eh lue mau ngolok mantan gua ya?? ” Ka Iva
”What??? Oh iya AMAT kan nama cowo lue..hahahaha...jamdol banget sih tu nama hahaha!!! ” Henna
”Jamdul apaan sih ! ” Ka Iva
”JAMAN DOELOE ! dasar lue sama aja jamdoel nya kaya AMAT ahahaha...AMAT aja gak Jamdoel...huft..ddahhh...”
”Wah,,ancrit lue ” Ka Iva
”Loh ngapain nih kok ribut banget??” Kata mama
”Itu tuh Henna mau tidur aja pake acara ngolok dulu” Ka Iva
”Kamu kan uda gede,ngapain diladenin?” Mama
”Yah tapi dia nyebelin banget ma,tadi aja dia ngolok si AMAT ” Ka Iva
”Oh si Amat yang pacar baru kamu itu..hahahaa mama gak bisa bayangin ...kamu pacaran sama dia? ” Mama
”Ih mama sama aja kaya Henna ,,ngolok melulu..uda ah Iva mau ngerjain tugas dulu di tempat Melda..boleh kan?? ” Ka Iva
”Tugas atau mojok sama Amat?? ” Mama
”ih mama ngaco ah...” Ka Iva
”Eh lue mau kemana? ” Tanya Henna
”Eh elue,,gua pikir lue uda ngigo tadi,,ini nih mau ngerjain tugas emang napa?” Ka Iva
”Eh..tunggu deh,,gua ikut..tunggu yah mau ganti baju dulu nih..” Henna pun segera ganti baju.
”aduh ma..gimana nih Henna mau ikut tuh...” Ka Iva
”Loh kok tanya mama? Kan gak ada salahnya kalo dia ikut belajar bareng kamu ” Mama
”Aduh tapi ntar...” Ka Iva
”Apa jangan-jangan kamu mau mojok sama Pacar kamu ya???” Mama
”Ah..yayaya deh...Henna boleh ikut..” Ka Iva
”Eh uda siap gak? Ayo deh kita GO !!! ” Henna Datang
”Eh tumben lue semangat mau jalan? Trus napa pakaian lue norak banget..ganti sana..lue pikir mao ke ondangan apa?? ” Ka Iva
”Eh kenapa lue yang sewot..suka suka gua dong..aneh lue !” Henna
”Tapi ingat lue..jangan ngomong macem macem sama Mama ..awas lue ! ” Ka Iva
”Asal ada Pilussh..Rahasia pun aman sama gua ! ” Henna
”Gila lue mata duitan banget..gimana mau dapat cowo,,kalo lue kaya gini..” Ka Iva
”Eh..gini aja deh..lue punya temen gak yang gantengan,cakepan,manisan??? ” Henna
”Apa? Manisan? Lue kira makanan ?? Emang napa sih? ” Ka Iva
”Lue kan tau gua kaga ada cowok...” Henna
”Ya gua tau kok..lue mau cari cowok ya??? Yayaya deh cepetan berangkat !!” Henna
**Di perjalanan tanpa sengaja Henna dan Iva menabrak seseorang dengan tidak sengaja**
”Ya ampunnn Va..lue liat kaga ? siapa yg lue tabrak ? gila ya lue..makanya kalo nyupir yang bener dong !! ” Henna
”Uda ah diem lue..ayo tolongin tu orang !” Ka Iva
”Gak ah ! lue aja..kan lue yg nabrak..” Henna
“Yaudah kalo gak mau..gua aja !!” Ka Iva
**Iva pun menolong seorang lelaki muda yang sangat tampan.. dan untungnya Lelaki itu tak apa-apa...**
” Ya ampun maaf ya mas..saya bener-bener gak sengaja .. mas gak apa-apa kan?” Ka Iva
”Ya..ya..ya gua gak apa-apa kok..lue nyupir pake apaan sih?? Mabuk ya lue? Angkatin motor gua tuh !!!” Lelaki itu
Minggu, 17 Juli 2011
Novel Cerita Romantis Remaja Perjalanan Cinta Seorang Penikmat Perempuan
Rangsangan itu Bertambah
Pengalaman di pantai segera disusul pengalaman-pengalaman berikutnya. Kino kini sangat dekat dengan Mba Rien-nya, tetapi hubungan mereka menampakkan dimensi yang aneh. Jika ada orang bertemu mereka berdua, niscaya orang-orang itu akan berkata, ‘Akur sekali kakak-beradik itu!’. Bahkan kedua orang tua Kino memandang seperti itu, dan karenanya tidak pernah tahu apa yang terjadi antara Rien dan anak mereka.
Sebaliknya, bagi Rien dan Kino, hubungan mereka telah memasuki babak yang sangat menentukan. Bagi Rien, kini Kino adalah seorang lelaki sempurna, lengkap dengan segala atributnya, termasuk birahinya terhadap wanita. Kino adalah sebuah kepompong yang sedang berubah menjadi kupu-kupu. Dan Rien adalah seorang peri yang membantu kupu-kupu itu terbang.Minggu sore itu, Rien mengajak Kino mencari kenari di hutan kecil dekat danau. Mereka berangkat setelah pukul 3, saat matahari memulai perjalanan turunnya. Tadinya Niken hendak ikut, demikian pula Dodi teman Kino. Tetapi lalu Niken sakit perut karena datang bulan, dan Dodi harus mengantar ibunya ke dokter gigi. Jadilah akhirnya mereka hanya berdua ke hutan.
Rien hanya bercelana pendek, dan memakai t-shirt yang ditutupi jaket parasut. Kino bercelana khaki militer, lengkap dengan sepatu bot, dan t-shirt hijau tua. Berdua mereka menyusuri jalan setapak, masuk semakin jauh ke dalam hutan yang konon dulu menjadi salah satu tempat pertahanan bala tentara Nippon. Di hutan ini banyak pohon kenari, dan dalam waktu kurang dari setengah jam, keranjang mereka berdua sudah dipenuhi kenari. Dengan gesit, Rien berlarian menemukan kenari-kenari yang masih utuh di tanah. Kino selalu kalah gesit, terutama karena ia selalu lebih banyak memandang Mba Rien yang tampak seksi sore itu.
Lalu, tiba-tiba saja hujan turun. Pertama cuma rintik-rintik, tetapi lalu berubah sangat lebat. Mereka pun berlarian mencari tempat berteduh, dan beruntung karena tidak jauh dari situ ada sebuah gua kecil bekas persembunyian tentara Jepang. Kino menyeret Mba Rien berlari ke gua itu, dan tiba di sana sedetik sebelum hujan yang sangat deras jatuh ke bumi.
“Wah, untung ada gua ini!” tukas Mba Rien sambil gemetar menahan dingin yang tiba-tiba menyerbu. Gua kecil ini tidaklah terlalu dalam, tetapi sangat lembab, sehingga dindingnya dipenuhi lumut dan udaranya lebih dingin dari di luar. Apalagi sekarang turun hujan. Kino pun ikut gemetar kedinginan.
Mereka berdiri berdekatan, dan entah bagaimana, Rien akhirnya memeluk tubuh Kino dari belakang. Kino tak menolak, dan bahkan merentangkan tangannya ke belakang, balas memeluk kedua lengan Mba Rien. Perlahan-lahan, gemetaran tubuh mereka mereda, sejalan dengan tersebarnya kehangatan dari dua tubuh yang menempel itu. Kino perlahan-lahan mulai merasakan kekenyalan di punggungnya, tempat kedua payudara Mba Rien menempel erat. Rien merebahkan kepalanya di punggung pemuda belia yang harum sabun mandi ini. Sebentuk perasaan sayang tiba-tiba saja menghambur keluar dari dadanya, menyebabkan Rien memejamkan mata.
Setelah lebih dari sepuluh menit, hujan tampaknya makin membesar saja. Sementara langit mulai gelap menjelang sore. Rien sedang berpikir-pikir bagaimana caranya pulang, ketika ia mendengar Kino memanggil namanya.
“Kenapa, Kino?” tanyanya sambil tetap memejamkan mata dan merebahkan kepala di punggung remaja itu.
“Aku juga ingin memeluk, Mba Rien…” ucap Kino pelan. Rien tersenyum dan berkata pelan, “Seperti aku memeluk kamu?”
Kino tidak menyahut. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Seperti apa ia ingin memeluk Mba Rien, ia belum tahu caranya!
Rien tersenyum lagi, lalu melepaskan pelukannya. Ia berkata lembut, “Sini…, putar tubuhmu menghadap aku..”
Kino memutar tubuhnya, lalu tiba-tiba saja ia sudah memeluk Mba Rien yang tubuhnya agak lebih pendek sedikit darinya. Dagu Kino menyentuh dahi Mba Rien, dan kedua tangan Mba Rien merengkuh erat, bagai hendak meluluhkan tubuh Kino. Oh, begini rupanya rasanya dipeluk seorang wanita dewasa! pikir Kino dalam hati, dan ia merasakan sebuah kehangatan menjalar dari antara kedua kakinya.
“Begini?” tanya Mba Rien dengan sedikit nada menggoda. Kino cuma mengangguk. Rien tertawa kecil, nafasnya yang hangat menyerbu leher Kino dan menelusup ke dalam t-shirtnya. Kino pun bergidik, membuat Rien tambah tertawa. Lalu tiba-tiba Rien menggigit leher Kino. Tersentak, Kino lalu ikut tertawa kegelian.
Rien tidak berhenti menggigit, dan bahkan lalu berubah menciumi leher perjaka ini. Hmm, harum sabun wangi, desahnya dalam hati. Persis seperti wangi bayi kakaknya yang dulu ia sering bantu memandikannya. Dengan gemas, ia menciumi terus leher Kino, membuat remaja ini menggelinjang kegelian. Saat itulah Kino merasakan sebuah desakan kuat untuk membalas tindakan Mba Rien. Tanpa disadari, Kino menunduk dan menempelkan wajahnya ke wajah Rien yang sedang tengadah. Tanpa sengaja pula, kedua bibir mereka telah berpadu. Sejenak Rien tersentak kaget, tapi ia lalu memejamkan mata dan segera melumat bibir Kino. Berdesir cepat darah Kino merasakan bibir basah yang hangat mengulum bibirnya, dan desahan nafas harum menyerbu penciumannya. Astaga, inilah rupanya ciuman pertama itu!
Tentu saja Kino tak tahu cara berciuman. Ia diam saja membiarkan Mba Rien mengerjakan segalanya, termasuk memaksanya membuka mulut agar lidahnya bisa masuk ke dalam mulutnya. Dengan nafas tersengal, Kino mencoba melakukan sesuatu dengan lidahnya sendiri, tetapi ia tidak tahu harus berbuat apa. Maka ia diam saja, membiarkan Mba Rien mengulum-ulum bibirnya, menelusuri rongga mulut dengan lidahnya, dan menghisap-hisap bibir bawahnya dengan rakus.
Rien sendiri merasa kaget atas apa yang ia kerjakan. Rupanya, birahi yang selama ini tak pernah ia tampilkan, kini menyeruak keluar dengan kekuatan sendiri tanpa dapat dicegah. Telah lama sekali Rien tidak berciuman, sejak ia memutus hubungan dengan Rian yang sekarang entah di mana. Telah lama tubuhnya tidak merasa gejolak seperti ini, dan kalaupun ia membiarkan Kino memegang payudaranya di pantai, itu hanyalah untuk menghapus penasaran remaja yang menarik simpatinya. Kejadian di pantai dulu, bagi Rien, bukanlah birahi. Tetapi kini, di gua yang gelap dan dingin ini, Rien kaget ketika sadar bahwa ia begitu bersemangat menciumi Kino!
Untunglah kesadaran itu cepat datang. Buru-buru ia menghentikan ciumannya, dan dengan satu tangan ia menghapus bekas-bekas ludah di bibir Kino. Sambil tersenyum, ia minta maaf dengan suara lembut, ” … Mba Rien keterlaluan, nih!”
Kino mengernyitkan dahi tak mengerti. “Kenapa berhenti, Mba?” tanyanya penuh heran.
“Tidak. Kamu tidak boleh saya ciumi seperti itu. Kamu bukan pacar saya…,” kata Mba Rien, masih dengan suara lembut, meneduhkan hati Kino yang sudah bergejolak.
“Tapi saya suka, Mba Rien…” Kino bersikeras. Rien tersenyum melihat tuntutan remaja ini.
“Suka apa?” tanyanya menggoda.
“Suka dicium seperti itu,” jawab Kino cepat. Ia kini semakin berani berdebat.
Sejenak Rien bimbang. Simpatinya kembali datang. Kasihan ia melihat remaja ini terputus di tengah jalan yang sedang dinikmatinya. Tetapi ia tahu, kalau ciuman itu diteruskan, dirinya sendiri akan ikut hanyut. Satu-satunya jalan untuk menghindari kekecewaan Kino adalah dengan menciumnya lagi, tetapi tidak dengan birahi.
Maka Rien berkata, “Baiklah …” lalu ia menarik leher Kino, mendekatkan bibirnya ke bibir Kino dan menciumi remaja ini dengan lembut. Kino memejamkan mata, menikmati ciuman Mba Rien yang terasa sekali dipenuhi kasih sayang. Tubuhnya bagai disiram kehangatan kasih yang tak tergambarkan oleh kata-kata. Tubuhnya bagai melayang tak menginjak bumi. Tubuhnya bagai awan di langit yang biru sejuk.
Rien menahan senyum melihat tingkah Kino yang memejamkan mata dan memeluk tubuhnya seperti tak hendak dilepaskan. Tetapi ada satu hal yang tidak diperhitungkannya! Perlahan tapi pasti, ia merasakan sesuatu membesar menempel sedikit di atas perutnya. Karena Kino lebih tinggi, maka bagian depan kelaki-lakiannya menempel di perut Rien, dan Rien segera menyadari apa yang terjadi.
Dengan tangan kirinya, Rien meraba bagian itu. Ah, tegang sekali kelaki-lakian Kino, dan panas pula rasanya, seperti dialiri air mendidih. Sejenak Rien bimbang lagi, sementara bibirnya masih sibuk mengulum-ngulum bibir Kino. Apa yang harus ku lakukan? Rien berpikir keras, tetapi tangannya sudah pula mulai meremas. Seakan-akan tangan itu punya pikiran sendiri di luar kepalanya!
Akhirnya kepala Rien mengalah kepada tangannya. Ia melanjutkan remasan, dan mulai menyukai pilihannya. Nafas Kino terdengar terengah-engah, dan Rien semakin merasa tak enak jika harus berhenti sekarang. Ia sudah membangkitkan api di tubuh remaja ini, ia pula yang harus memadamkannya. Dengan pikiran begitu, Rien membuka resleting celana Kino yang masih terpejam seakan-akan tak sadar. Pelan-pelan tangan Rien merayap ke dalam celana dalam Kino dan menemukan kelaki-lakiannya sudah tegang dan agak basah di ujungnya. Ah, halus dan kenyal sekali kelaki-lakiannya, desah Rien dalam hati, diam-diam menikmati apa yang dikerjakannya.
Kino merasakan tangan Mba Rien merayapi kelaki-lakiannya, membuat dirinya semakin terlena. Ia merasakan desakan aneh yang nikmat, sama dengan desakan-desakan yang selama ini ia rasakan kalau berhayal sendirian di kamarnya. Kini desakan itu semakin kuat, dan apa yang dikerjakan Mba Rien di bawah sana sangat berbeda dengan apa yang biasa ia kerjakan. Kali ini jauh lebih nikmat, jauh lebih menggairahkan.
Tangan Rien meremas lebih kuat, lalu menggosok ke atas ke bawah. Ia tahu persis apa yang harus dilakukan. Rian, pacarnya dulu, pernah mengajarkan bagaimana cara terbaik untuk memuaskan laki-laki dengan tangan. Maka dilakukannya apa yang telah lama tidak dilakukannya. Rien kini ikut memejamkan mata, berkonsentrasi pada bagian bawah tubuh Kino tanpa melepaskan ciumannya. Ia merasakan betapa kelaki-lakian itu kini menegang dengan cepat, dan mulai berdenyut-denyut. Rien tahu, sebentar lagi Kino akan mencapai orgasme pertama di tangannya. Sejenak ia menurunkan telapak tangannya sampai ke pangkal kelaki-lakian Kino, lalu dengan gaya mengurut ia membawa naik telapak tangannya, dan sesampai di atas ia meremas-remas dengan kuat.
Kino tak tahan lagi. Tangan Mba Rien yang halus dirasakannya bagai sedang menarik lepas sebuah sumbat di bawah sana. Dan dengan lepasnya sumbat itu, sebuah air bah yang dahsyat menyerbu keluar. Kino mengerang pelan, melepaskan bibirnya dari bibir Mba Rien, mendongak seakan berusaha menghisap lebih banyak udara, lalu menjerit tertahan.
Rien merasakan betapa kelaki-lakian Kino tiba-tiba membesar dengan cepat, lalu bergetar dan berdenyut-denyut kuat. Telapak tangan Rien meremas untuk terakhir kalinya, lalu mulai menerima semprotan-semprotan cairan kental panas. Ia mengepalkan tangannya, menampung semua itu agar tidak bermuncratan ke mana-mana. Tidak kurang dari tujuh kali rasanya semprotan cairan itu memenuhi kepalannya. Lalu, Kino terkulai lemas, dan memeluk tubuh Mba Rien. Pelan-pelan Rien mengeluarkan tangannya, dan diam-diam mengambil sapu tangan untuk membersihkan tangan itu.
“Enak?” tanya Mba Rien lembut, seperti seorang ibu menanyakan bagaimana rasanya makan malam yang dihidangkannya. Kino tertawa tertahan, malu bercampur senang. Hujan masih turun, walau tak lagi lebat. Kino tak peduli. Walau harus bertarung melawan macan di hutan ini pun, ia tak peduli. Selama Mba Rien ada di sisinya, ia tak peduli
Pandangan Penuh Cinta
Seminggu setelah peristiwa di belakang panggung itu, Kino mengantar Susi ke sanggar Mba Rien. Sebelum berangkat, ia sudah bersumpah untuk tidak berlama-lama. Begitu sampai, ia akan segera melepas Susi dan kembali kerumah secepatnya. Kepada Susi ia telah pual berpesan agar tidak perlu diantar sampai pintu ruang latihan. Susi mencibir manja, tetapi tidak membantah ucapan kakaknya.
Namun semua rencana buyar ketika ternyata Kino berjumpa Mba Rien di gerbang halaman sanggar. Turun dari sepedanya, Kino tergagap menyampaikan salam kepada wanita yang tubuhnya memenuhi hayal Kino seminggu ini.“Hai, Kino … lama sekali kamu tidak kelihatan. Kemana saja?” sambut Mba Rien riang.
“Sibuk, mbak..,” jawab Kino menunduk. Adiknya sudah turun dan berlari masuk.
“Wah… begitu sibuknya, sampai tidak sempat menonton Mba Rien lagi, ya!?” sergah Mba Rien sambil tersenyum manis. Kino menyahut dengan gumam tak jelas, dan menunduk seperti seorang pesakitan di hadapan polisi.
“Eh .. tidakkah kamu ingin melihat adikmu menari lengkap?” ucap Mba Rien lagi, dan tiba-tiba tangannya telah menyentuh tangan Kino. Tergagap, Kino menjawab sekenanya, tetapi entah apa isi jawaban itu, ia sendiri tak ingat!
“Hayo masuk, sekali ini kamu bisa melihat anak-anak menari sampai selesai!” kata Mba Rien yang kini sudah memegang erat satu tangan Kino dan menariknya masuk ke halaman sanggar. Kino tak kuasa menolak, dan dengan kikuk ia mengikuti langkah Mba Rien sambil menyeret sepedanya.
Mba Rien tidak memakai kain sore ini. Tubuhnya dibungkus rok span hitam dan hem kuning muda dengan leher V yang agak rendah. Ia juga tidak berdiri memberi contoh di depan anak-anak, melainkan duduk bersimpuh di lantai, di sebelah Kino yang bersila. Dari tempat mereka duduk, Kino bisa melihat anak-anak menari lengkap tanpa instruksi Mba Rien. Bagi Kino, anak-anak itu kelihatan seperti daun-daun kering yang berterbangan di tiup angin. Jauh sekali bedanya dibandingkan dengan jika yang menari adalah Mba Rien.
Kino melirik ke sebelah kanannya, tempat Mba Rien bersimpuh. Darahnya berdesir cepat melihat rok span wanita itu terangkat sampai setengah pahanya. Aduhai, pahanya mulus sekali, dihiasi bulu-bulu halus yang hampir tak tampak. Betisnya juga indah sekali, tidak terlalu besar, tetapi juga tampak kokoh karena sering berdiri lama ketika menari. Mba Rien sendiri sedang serius memperhatikan anak-anak menari, sehingga tidak menyadari bahwa remaja di sampingnya sedang sibuk menelan ludah!
Ketika suatu saat Mba Rien harus berganti posisi bersimpuhnya, Kino mencuri pandang lagi. Sekejap, ia bisa melihat seluruh pangkal paha Mba Rien. Celana dalam berwarna putih, tipis menerawangkan warna kehitaman di selangkangan, membuat Kino terkesiap. Cepat-cepat dialihkannya pandangan kembali ke tempat anak-anak menari.
Rien menoleh untuk menanyakan sesuatu, tetapi seketika ia melihat wajah Kino seperti kepiting rebus. Ah, ia tiba-tiba sadar akan posisi duduknya. Remaja yang sekarang sedang pura-pura memperhatikan tarian itu pasti tadi melihat rok ku tersingkap, pikir Rien menahan tawa. Minta ampun, remaja sekarang begitu cepat matang! Rien membatalkan keinginannya untuk menanyakan komentar Kino. Sebaliknya, ia malah bangkit membuat Kino memalingkan muka dengan wajah bersalah. Pikir Kino, jangan-jangan ia tahu aku tadi melihat pahanya.
“Kamu mau minum, Kino?” tanya Mba Rien setelah berdiri, dan tanpa menunggu jawab ia berkata lagi, “Yuk, ikut saya ambil minum di ruang sebelah.”
Kino bangkit dan mengikuti wanita pujaannya seperti kerbau dicucuk hidungnya. Entah kenapa, wanita ini tidak bisa kubantah! ucapnya dalam hati.
Ruangan itu terletak di sebelah ruangan latihan, berupa sebuah dapur lengkap dengan meja makannya. Ada sebuah lemari es besar, dan Mba Rien tampak sedang membukanya dan mengambil beberapa minuman botol. Kino berdiri tidak jauh di belakangnya, melihat dengan takjub tubuh yang agak membungkuk di depannya. Kepala Mba Rien tersembunyi di balik pintu lemari es, tetapi bagian belakang tubuhnya yang seksi terlihat nyata di mata Kino. Gila! Segalanya terlihat indah! umpat Kino dalam hati.
Kemudian mereka minum sambil duduk di kursi makan. Mba Rien menawarkan kue, tetapi Kino menolak halus. Mereka berbincang-bincang, atau lebih tepatnya Mba Rien bercerita tentang segala macam. Kino lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Entah kenapa, Rien sendiri merasa semakin dekat dengan remaja di hadapannya. Rien merasa bahwa Kino adalah adik lelaki yang tak pernah dimilikinya. Saudara kandungnya semua perempuan, dan tinggal di lain kota. Di sini ia hidup sendirian, di sebuah kamar indekos tak jauh dari sanggar.
Untuk Rien, Kino adalah remaja yang menyenangkan. Tidak berulah seperti kebanyakan remaja seusianya. Kino juga sopan, walaupun matanya sering nakal. Ah, seusia itu pastilah sedang mengalami kebangkitan gairah seksual. Ia ingat, pada usia seusia Kino dulu, ia juga mengalami “revolusi” yang sama. Saat itu, pikirannya tak lekang dari gairah seks dan lawan jenis. Kino pastilah tak berbeda, cuma ia sangat sopan dan pemalu.
Sore itu mereka berpisah karena latihan menari telah usai. Kino mengucapkan terimakasih atas suguhan Mba Rien, dan Rien melambai di gerbang sambil mengucap, “Jangan bosan kemari, ya, Kino!”
Ah, bagaimana aku bisa bosan? ujar Kino dalam hati.
Pertemuan dengan Bidadari Rien
Cerita seru dari sebuah pengalaman seorang pemuda yang penuh misteri dari seorang yang bernama Kino. Berbagai bidadari ia temui salah diantaranya, seorang bidadari yang tak terduga. Nama panjangnya adalah Rinduwati Suliandara. Mba Rien, begitu ia biasa dipanggil, adalah seorang guru tari di Sanggar Tari Pelangi. Kino tak pernah tahu usia wanita itu yang sesungguhnya, tetapi pokoknya ia tak tampak terlalu tua, walau jelas bukan pula remaja. Wajahnya -jika memakai ukuran normal- tidaklah terlalu cantik. Tidak pula terlalu jelek. Biasa-biasa saja Tetapi Mba Rien memiliki mata yang sangat indah, bening dihiasi bulu mata lentik. Juga memiliki bibir yang -menurut Kino- sangat menarik, karena selalu kelihatan basah.
Waktu itu Kino duduk di bangku SMA, kelas dua A. Untuk usianya, waktu itu Kino tergolong “terlambat” dalam soal pacaran. Ia tidak punya teman wanita istimewa, karena baginya semua teman wanitanya sama saja. Konon ada yang naksir, namanya Alma, gadis dari kelas dua B. Tetapi Kino tidak tertarik, walau kata teman-temannya gadis itu tergolong ratu. Bagi Kino, ia memang ratu, tetapi entah kenapa ia tidak tertarik. Berenang di sungai lebih menarik bagi Kino, katimbang jalan-jalan dengan Alma.
Tetapi Mba Rien menarik hatinya sejak awal mereka berjumpa. Waktu itu, Kino mengantar adik perempuannya, Susi, ke sanggar untuk latihan menari. Kino sangat sayang kepada adik satu-satunya yang baru berusia 7 tahun itu (jarak dua kakak-beradik ini memang terlalu jauh). Dengan sepeda, diboncengnya Susi ke sanggar, dan diantarnya sampai ke ruang latihan di tengah kompleks sanggar. Saat itulah ia melihat Mba Rien, sedang mengikatkan setagen ke sekeliling pinggangnya.
“Selamat sore Susi…,” ucap Mba Rien menyapa Susi, lalu sekejap melirik Kino. Suara wanita itu lembut tetapi bernada wibawa, pikir Kino sambil melepas gandengan tangan adiknya.
“Mba Rien, ini kakak saya…,” Susi menunjuk ke Kino yang masih berdiri di pintu ruang latihan. Mba Rien mengangkat muka, dan tersenyum kepada Kino. Agak canggung, Kino membalas tersenyum dan berucap serak, “Selamat sore, mbak…”.
Mba Rien hanya mengangguk tanpa berhenti tersenyum, lalu menerima salam Susi, dan berbalik menuju tempat segerombolan anak-anak yang sedang bersiap belajar menari. Kino masih berdiri, memandang tubuh Mba Rien dari belakang, dan entah kenapa ia merasa jantungnya berdegup lebih keras. Tubuh Mba Rien menyita perhatiannya, terbungkus kain dan baju ketat, menampakkan lika-liku yang menawan. Astaga, pikir Kino, wanita ternyata bisa menarik juga!
Untuk beberapa jenak, Kino masih berdiri di depan pintu, menelan ludah berkali-kali dan merasa wajahnya merah karena malu. Kepada siapa? Entahlah. Tetapi perjumpaan pertama dengan Mba Rien berbekas keras di kalbunya. Sambil mengayuh sepedanya pulang, Kino tiba-tiba memiliki pikiran-pikiran seronok. Gila kamu! tukasnya dalam hati, menyalahkan diri sendiri. Mana mungkin kamu bisa meremas-remas tubuh itu! ucap suara lain di kepalanya. Meremas….? Dari mana datangnya ide gila itu? pikir Kino gelisah. Berkali-kali Kino merasa sadel sepedanya terasa lebih kecil dari biasanya, dan selakangannya sering terasa geli. Sial! sergahnya dalam hati.
Ketika ayah memintanya menjemput Susi, dengan bersemangat Kino mengatakan ya. Lalu, ia pun tiba di sanggar 15 menit sebelum waktu latihan selesai. Ia duduk di bawah pohon kamboja, tidak jauh dari ruang latihan. Dari tempatnya duduk, ia bisa melihat Mba Rien melenggak-lenggok mengajarkan gerakan yang diikuti oleh belasan anak-anak kecil. Pandangan Kino tak lekang dari gerakan-gerakan Mba Rien, dan entah kenapa ia kini mengerti apa artinya sebuah tari yang indah! Selama ini, bagi Kino menari adalah kegiatan perempuan yang tak menarik. Menjemukan, bahkan. Tetapi ketika melihat Mba Rien mengangkat tangan, melenggok ke kiri, menggerakkan pinggulnya …., Kino menelan ludah lagi. Bajingan kamu! ucap sebuah suara di dalam kepalanya. Kino membuang muka, mengalihkan pandangannya ke hamparan rumput. Tetapi, seperti ditarik magnit, muka Kino sesekali kembali lagi memandang ke ruang latihan.
Dari ruang tari, Rien juga bisa melihat keluar, walau perbedaan terang menyebabkan matanya agak silau jika harus memandang ke arah tempat Kino duduk. Sambil terus menggerakkan tubuhnya, Rien melirik dan mengernyit heran melihat remaja itu betah duduk sendirian. Biasanya, para penjemput murid-muridnya datang terlambat, dan tidak pernah berlama-lama di sanggar tari. Apalagi yang laki-laki, entah itu kakak atau ayah atau paman. Pada umumnya, di kota kecil ini, menari bukanlah sesuatu yang menarik untuk pria. Makanya, tingkah Kino bagi Rien agak tidak biasa.
Ketika akhirnya latihan selesai, Kino bangkit dan mendekat ke arah ruang latihan, tetapi tetap dalam keteduhan pohon kamboja. Entah kenapa, ia tak berani lebih dekat. Sebetulnya ia ingin mendekat, tetapi dadanya berdegup kencang setiap kali ia melangkah. Semakin dekat ke ruang latihan, semakin kencang degupnya. Sebab itu, ia berhenti setelah dua langkah saja. Ia akan menunggu saja sampai Susi keluar dan menghampirinya.
Rien, dengan sedikit peluh di lehernya, mengucap salam perpisahan kepada murid-muridnya. Lalu, sambil melepas stagen, ia berjalan ke pintu. Dilihatnya Susi berlari ke arah penjemputnya, remaja yang betah berlama-lama di bawah pohon kamboja menonton latihannya itu. Sambil melepas ikat rambutnya, sehingga rambutnya yang sebahu kini tergerai, Rien berdiri di pintu dan berucap lembut, tetapi juga cukup keras untuk didengar Kino.
“Kenapa tadi tidak tunggu di dalam saja, Dik…,” ujarnya. Kino cuma bisa menyeringai seperti kera sedang makan kacang.
Rien tersenyum melihat seringai remaja yang tampak kikuk itu. Kino menelan ludah melihat senyum itu. Entah kenapa, senyum itu tampak menarik sekali. Rasanya, Kino seperti disiram air sejuk. Gila kamu! ucap suara di dalam kepalanya lagi. Dan Kino pun cepat-cepat membungkuk berpamitan, lalu menggandeng tangan Susi menuju sepeda. Rien kembali tersenyum memandang kedua kakak-beradik yang akur itu meninggalkan sanggarnya.
*****
Sejak pertemuan itu, Kino sering melamunkan Mba Rien. Lebih gila lagi, saat mandi dan menyabuni tubuhnya, Kino merasakan darahnya berdesir membayangkan Mba Rien. Percuma ia mengguyurkan bergayung-gayung air dingin ke tubuhnya, tetap saja kelaki-lakiannya perlahan menegang. Aduh celaka! jeritnya dalam hati, ketika melihat ke bawah. Cepat-cepat ia menyabuni dirinya, lalu membilasnya, membungkus tubuhnya dengan handuk dan lari ke luar kamar mandi menuju kamarnya. Mudah-mudahan tidak ada yang melihat tonjolan di bawah pinggangnya yang terbungkus handuk itu!
Malam hari, ketika ia gelisah bergulang-guling di ranjangnya, Kino kembali membayangkan Mba Rien. Lagi-lagi terbayang pinggulnya yang padat berisi, pinggangnya yang ramping, dan dadanya yang membusung walau tidak terlalu besar. Kino juga terkenang lehernya yang agak basah oleh keringat. Juga bibirnya. Ya, bibirnya itu yang paling menawan. Selalu basah, dan tampaknya lembut sekali. Apalagi kalau ia tersenyum, menampakkan sedikit gigi-giginya yang putih. Bagaimana rasanya menggigit bibir itu?
Kino makin gelisah, sebab kini kelaki-lakiannya menengang lagi seperti ketika ia sedang mandi. Malam sudah agak larut, dan rumah sudah sepi. Tak ada suara-suara, selain jangkerik. Kino menelungkupkan tubuhnya. Celaka, justru gerakan itu menyebabkan kelaki-lakiannya terjepit di antara tubuhnya dan kasur yang empuk. Tanpa sadar, Kino menggerak-gerakkan badannya, menggesekkan kelaki-lakiannya ke kasur. Matanya terpejam, dan terbayang ia berada di atas tubuh Mba Rien. Terbayang ia mengulum bibir Mba Rien yang basah. Terbayang dadanya yang ceking menempel di dada Mba Rien yang kenyal. Gila! Kino terlonjak ketika merasakan cairan hangat mengalir cepat membasahi celana dalamnya. Untung ia sigap, sehingga seprai tidak ikut basah.
Hanya saja, di pagi hari ia harus mencari alasan untuk bisa mencuci sendiri celana dalamnya, tanpa harus mencuci pakaian anggota keluarga yang lain!
*****
Beberapa hari setelah perjumpaan pertamanya dengan Kino, kembali Rien terheran melihat remaja itu sudah ada setengah jam sebelum latihan usai. Setengah jam! Betapa lamanya ia akan menanti di situ sendirian, ucap Rien dalam hati sambil terus menggerakkan badannya di depan para penari cilik. Berkali-kali Rien melirik ke arah pohon kamboja, dan bertanya-tanya dalam hati, mengapa gerangan remaja itu begitu betah menunggu adiknya. Terlebih-lebih lagi, remaja itu selalu memandang ke dalam dengan seksama. Sialan, mungkin ia tertarik melihat tubuhku, umpat Rien dalam hati. Tetapi, mungkin juga ia tertarik pada tarianku. Siapa tahu? Atau mungkin tertarik pada dua-duanya, ucap Rien dalam hati. Ia tersenyum sendiri ketika mengambil kesimpulan terakhir ini.
“Satu … dua…tiga …. empat, putar……,” Rien memutar tubuh memberi contoh, diikuti oleh bidadari-bidadari kecil yang tertatih-tatih mencoba meniru sesempurna mungkin.
“Satu .. dua … tiga … empat, putar….,” suaranya lembut, tetapi tegas dan cukup nyaring.
Kino menyenderkan tubuhnya di batang pohon kamboja. Sayup-sayup suara Mba Rien sampai di telinganya. Terdengar merdu. Gila! semua yang berhubungan dengan wanita itu selalu bagus. Apa-apaan ini? sebuah suara menghardik di kepala Kino, membuatnya tertunduk sendiri. Dicabutnya sebatang rumput, dimain-mainkannya di antara jari-jarinya. Kino merenung, bertanya-tanya, apa gerangan yang terjadi dalam dirinya. Mengapa Mba Rien jadi begitu menarik, padahal ia jauh lebih tua dariku? Mengapa Alma yang seusia dengannya itu tidak semenarik Mba Rien, padahal Alma juga cantik. Kino menarik nafas dalam-dalam, lalu kepalanya terangkat lagi, memandang lagi ke dalam ruang latihan.
Cuma kali ini ia tidak melihat Mba Rien di sana. Dipanjang-panjangkannya lehernya, mencari-cari, kemana gerangan wanita itu. Kino bahkan memiringkan tubuhnya, sampai hampir rebah ke kiri, untuk melihat sudut terjauh yang masih terjangkau pandangan. Mba Rien tidak ada, sementara murid-muridnya masih bergerak sesuai irama musik dari tape-recorder. Kemana dia?
Hampir copot rasanya jantung Kino, ketika tiba-tiba Mba Rien muncul dari balik tembok rumah di sebelah ruang latihan. Rupanya, ada gang yang menghubungkan rumah itu dengan ruang latihan, yang tidak terlihat dari tempat Kino duduk. Rupanya Mba Rien meninggalkan murid-muridnya untuk masuk ke rumah itu. Dan kini ia berjalan kembali ke ruang latihan, tetapi tidak melalui gang, melainkan lewat pintu depan. Lewat di depan Kino, melenggang santai dengan kainnya yang ketat membungkus tubuhnya yang indah.
“Hayo.., tunggu di dalam, Dik!” ucap Mba Rien menghentikan langkah sebelum masuk. Senyum yang memikat Kino terhias di bibirnya. Kino menelan ludah, tak bisa menyahut, dan cuma bisa meringis lagi. Betul-betul seperti kera yang sedang kepedasan.
“Hayo …,” ajak Mba Rien lagi, lembut tetapi tegas.
Kino bangkit, dan dengan ragu-ragu melangkah mendekat. Mba Rien tertawa kecil, lalu melanjutkan langkah mendahului masuk. Pelan-pelan Kino menyusulnya. Ketika ia tiba di ruang latihan, Mba Rien sudah berputar-putar lagi memberi contoh gerakan tarinya. Kino mencari-cari bangku untuk duduk, tetapi tak ada satu pun di sana. Ia lalu berdiri saja, menyender di sebuah tiang yang cukup besar.
Rien melirik, melihat remaja itu berdiri kikuk. Kasihan, pikirnya. Tetapi biarlah begitu, kalau ia memang tertarik pada tarianku -atau tubuhku!- biar saja ia berdiri sampai pegal. Tersenyum Rien mendengar kata hatinya yang terakhir ini. Ya, biar dia berdiri sampai pegal!
Selama 20 menit, Kino berdiri saja melihat adiknya latihan menari. Susi terlihat senang melihat kakaknya sudah hadir. Berkali-kali Susi kelihatan ketinggalan langkah, karena ia tersenyum-senyum kepada kakaknya. Kino mengernyitkan dahinya, meletakkan telunjuk di bibirnya, memperingatkan Susi agar tetap serius. Rien tersenyum melihat tingkah keduanya.
Ketika akhirnya latihan selesai, Kino bernafas lega. Bukan saja karena ia sudah pegal berdiri, tetapi juga karena sebenarnya ia agak tersiksa. Betapa tidak? Sejak tadi ia terpesona oleh gerak Mba Rien, tetapi ia harus menyembunyikan perasaan itu. Betapa sulit!
Rien berjalan mendekati Kino sambil melepas stagen. Kino berdiri kikuk ketika akhirnya Rien berdiri di hadapannya, cukup dekat untuk mencium bau keringatnya yang ternyata tidak mengganggu Kino.
“Suka menari?” tanya Rien. Matanya memandang lekat remaja di hadapannya. Senyumnya mengembang halus. Kino menelan ludah lagi.
Kino menggeleng kuat. Rien tertawa kecil, “Saya pikir kamu suka. Sebab, kamu betah menunggu adikmu latihan.”
“Saya …., sebetulnya saya suka ..,” ucap Kino tergagap.
“Oh, ya???” Rien membelalakan matanya yang indah, senyumnya mengembang lagi. Kino menelan ludah lagi. “Seberapa suka, sebetulnya …,” tanya Rien lagi, ringan.
“Mmmm … saya suka menonton saja.” jawab Kino sekenanya.
“Menonton anak-anak kecil menari?” tanya Rien. Wah! Kino tertunduk, mukanya tiba-tiba terasa panas. Sial!
Rien tergelak melihat Kino tertunduk malu. Kini ia tahu apa yang sesungguhnya ditonton laki-laki belia ini! Ia ke sini untuk menontonku, melihat tubuhku! Dan kesimpulan ini membuat dirinya senang. Bagi Rien, menyenangkan penonton adalah tujuan utamanya menari, bukan?
“Siapa nama kamu?” tanya Rien lembut sambil melepas ikat rambutnya. Kino mengangkat muka, melihat kedua tangan Rien terangkat, dan samar-sama kedua ketiaknya yang mulus terlihat dari lengan bajunya yang agak tersingsing.
“Kino..,” terdengar jawaban pelan. Rien tersenyum lagi, sengaja berlama-lama membuka ikat rambutnya, membiarkan remaja itu melihat apa yang ingin dilihatnya. Nakal sekali kamu, Rien! sebuah suara terdengar di kalbunya.
Siksaan bagi Kino baru berhenti ketika Susi menarik tangannya pulang. Sambil menggumamkan selamat sore, ia berbalik dan menggandeng adiknya ke tempat sepeda.
“Datang lagi, yaaa!” seru Rien ketika Kino sedang bersiap mengayuh. Duh! Kino jadi serba salah. Apakah ia harus menjawab seruan itu? Ah, sudahlah! sergahnya dalam hati dan cepat-cepat mendayung. Dari kejauhan Rien memandang kakak-beradik itu menghilang di balik tikungan. Senyum manis masih di bibirnya.
Demikianlah seterusnya, Kino semakin terpikat oleh wanita yang pandai menari dan pandai menggoda itu. Sekali waktu ia mencoba menghindar, meminta kepada ayah untuk tidak usah menjemput Susi dengan alasan harus latihan bola kaki. Selama empat kali latihan, ia tidak mampir ke sanggar, dan tidak berjumpa Mba Rien. Dan itu artinya, sudah sebulan ia tidak melihat tubuh molek itu melenggak-lenggok. Lama juga, ya?
Sampai suatu hari, ada pertunjukkan dari di balai kota, diselingi permainan band sebuah kelompok amatir yang cukup populer di kota kecil ini. Kino datang bersama teman-temannya, tentu hanya untuk menonton band. Acara tari-tarian di sore hari dilewatkan saja. Rombongan Kino baru tiba di atas pukul 8, saat band mulai naik panggung.
Di situlah Kino berjumpa lagi dengan Mba Rien. Saat band memainkan lagu ketiga, Kino pergi ke belakang panggung untuk buang air kecil, karena di sana lah terdapat toilet untuk umum. Saat kembali ke tempat duduknya, sewaktu meliwati pintu yang menuju tempat pemain berganti pakaian, Kino melihat Mba Rien duduk di sebuah bangku. Langkahnya terhenti, lalu ia menyelinap ke balik tembok yang agak gelap. Dari situ, ia bisa melihat Mba Rien, tetapi wanita itu tidak bisa melihatnya.
Rien memakai jeans ketat dan sebuah kaos agak longgar berwarna putih. Rambutnya digelung ke atas, memperlihatkan lehernya yang jenjang dan agak basah oleh keringat. Ia tampak letih, dan sedang menikmati sebotol minuman dingin. Bibirnya menjepit sebuah sedotan, dan matanya tampak melamun. Bagi Kino, Mba Rien tampak menawan malam itu. Ia kemudian melihat wanita itu bangkit menuju ke sebuah kamar di belakang panggung. Kino mengikuti gerak-geriknya dengan seksama, aman dalam lindungan bayang-bayang yang gelap. Tak lama kemudian, tampak Mba Rien membuka sebuah pintu, dan di dalam terlihat terang berderang tetapi sepi. Berjingkat, Kino berpindah tempat sehingga bisa memandang lebih bebas ke dalam ruangan itu.
Rien menutup pintu ruang, tetapi rupanya kurang begitu kuat mendorong, sehingga masih tersisa celah untuk melihat ke dalam. Dengan jantung berdegup kencang, Kino melihat ke kiri dan kanan. Tidak ada siapa-siapa. Semua orang berada di depan panggung asyik menonton band. Pelan-pelan ia melangkah mendekati ruang yang ternyata adalah ruang ganti pakaian bagi para artis. Ia tiba di depan pintu ruang itu, dan dari celah yang tersisa, ia bisa melihat ke dalam. Kino menelan ludah, dan menahan kagetnya. Di dalam, Mba Rien tampak sedang membuka kaosnya, membelakangi Kino. Tubuhnya yang putih dan padat terlihat jelas, apalagi kemudian ia berputar menghadap sebuah cermin yang pantulannya terlihat dari tempat Kino berdiri. Ia bisa melihat dua payudara yang indah, terbungkus beha yang tampak terlalu kecil. Lutut Kino terasa bergetar.
Kemudian tampak Mba Rien melepas celana jeansnya. Kino merasa kakinya terpaku di tanah. Dengan kuatir ia melihat ke sekeliling, takut kepergok. Tetapi suasana di sekitar ruang ganti itu tetap sepi. Maka ia tetap mengintip ke dalam. Jeans sudah dibuka dan tergeletak di lantai. Mba Rien hanya bercelana dalam dan berbeha, dan tubuhnya indah bukan main. Putih mulus, padat berisi. Kino berkali-kali menelan ludah. Pemandangan indah itu berlangsung tak lebih dari 10 menit, karena kini Mba Rien sudah berganti rok panjang dan baju hem coklat. Tetapi bagi Kino, rasanya lama sekali. Cepat-cepat ia berbalik dan tergopoh kembali ke depan panggung.
Rien mendengar suara langkah orang. Terkejut, ia segera lari ke pintu dan melihat pintu belum tertutup sepenuhnya. Celaka, pikirnya, seseorang tadi mengintipku berganti pakaian. Cepat-cepat dikuaknya pintu, dilongokkannya kepala, bersiap berteriak jika memergoki si pengintip. Tetapi di luar sepi, tidak ada siapa-siapa. Ah, mungkin cuma perasaanku saja, pikir Rien.
Sementara itu, di depan panggung Kino gelisah mengenang pengalamannya. Lagu-lagu yang dibawakan band di depannya terasa hambar. Teman-temannya terlihat girang, tetapi ia sendiri kurang bergairah. Dengan alasan mengantuk, ia pulang lebih dulu dari teman-temannya yang keheranan. “Ada apa denganmu, Kino?” tanya sobatnya, Dodi. Ia tidak menjawab, dan hanya menggumam sambil melangkah meninggalkan arena pertunjukkan. “Dasar kutu buku …,” gerutu Iwan, temannya yang lain. Kino tak peduli, dan terus melangkah menembus malam.
Dan malam itu, Kino menikmati hayalnya di atas ranjang, meremas-remas kelaki-lakiannya yang menegang sambil membayangkan tubuh mulus Mba Rien. Tak berapa lama, ia mengerang tertahan, merasakan cairan hangat memenuhi telapak tangannya. Dengan tissue yang sudah disiapkannya, ia melap tangannnya, lalu tidur nyenyak sambil berharap bertemu Mba Rien di alam mimpi. Namun mimpinya ternyata kosong belaka, tentu karena ia sebetulnya sudah sangat mengantuk malam itu. Apa yang terjadi Setelah itu ??
Pandangan Penuh Cinta
Seminggu setelah peristiwa di belakang panggung itu, Kino mengantar Susi ke sanggar Mba Rien. Sebelum berangkat, ia sudah bersumpah untuk tidak berlama-lama. Begitu sampai, ia akan segera melepas Susi dan kembali kerumah secepatnya. Kepada Susi ia telah pual berpesan agar tidak perlu diantar sampai pintu ruang latihan. Susi mencibir manja, tetapi tidak membantah ucapan kakaknya.
Namun semua rencana buyar ketika ternyata Kino berjumpa Mba Rien di gerbang halaman sanggar. Turun dari sepedanya, Kino tergagap menyampaikan salam kepada wanita yang tubuhnya memenuhi hayal Kino seminggu ini.“Hai, Kino … lama sekali kamu tidak kelihatan. Kemana saja?” sambut Mba Rien riang.
“Sibuk, mbak..,” jawab Kino menunduk. Adiknya sudah turun dan berlari masuk.
“Wah… begitu sibuknya, sampai tidak sempat menonton Mba Rien lagi, ya!?” sergah Mba Rien sambil tersenyum manis. Kino menyahut dengan gumam tak jelas, dan menunduk seperti seorang pesakitan di hadapan polisi.
“Eh .. tidakkah kamu ingin melihat adikmu menari lengkap?” ucap Mba Rien lagi, dan tiba-tiba tangannya telah menyentuh tangan Kino. Tergagap, Kino menjawab sekenanya, tetapi entah apa isi jawaban itu, ia sendiri tak ingat!
“Hayo masuk, sekali ini kamu bisa melihat anak-anak menari sampai selesai!” kata Mba Rien yang kini sudah memegang erat satu tangan Kino dan menariknya masuk ke halaman sanggar. Kino tak kuasa menolak, dan dengan kikuk ia mengikuti langkah Mba Rien sambil menyeret sepedanya.
Mba Rien tidak memakai kain sore ini. Tubuhnya dibungkus rok span hitam dan hem kuning muda dengan leher V yang agak rendah. Ia juga tidak berdiri memberi contoh di depan anak-anak, melainkan duduk bersimpuh di lantai, di sebelah Kino yang bersila. Dari tempat mereka duduk, Kino bisa melihat anak-anak menari lengkap tanpa instruksi Mba Rien. Bagi Kino, anak-anak itu kelihatan seperti daun-daun kering yang berterbangan di tiup angin. Jauh sekali bedanya dibandingkan dengan jika yang menari adalah Mba Rien.
Kino melirik ke sebelah kanannya, tempat Mba Rien bersimpuh. Darahnya berdesir cepat melihat rok span wanita itu terangkat sampai setengah pahanya. Aduhai, pahanya mulus sekali, dihiasi bulu-bulu halus yang hampir tak tampak. Betisnya juga indah sekali, tidak terlalu besar, tetapi juga tampak kokoh karena sering berdiri lama ketika menari. Mba Rien sendiri sedang serius memperhatikan anak-anak menari, sehingga tidak menyadari bahwa remaja di sampingnya sedang sibuk menelan ludah!
Ketika suatu saat Mba Rien harus berganti posisi bersimpuhnya, Kino mencuri pandang lagi. Sekejap, ia bisa melihat seluruh pangkal paha Mba Rien. Celana dalam berwarna putih, tipis menerawangkan warna kehitaman di selangkangan, membuat Kino terkesiap. Cepat-cepat dialihkannya pandangan kembali ke tempat anak-anak menari.
Rien menoleh untuk menanyakan sesuatu, tetapi seketika ia melihat wajah Kino seperti kepiting rebus. Ah, ia tiba-tiba sadar akan posisi duduknya. Remaja yang sekarang sedang pura-pura memperhatikan tarian itu pasti tadi melihat rok ku tersingkap, pikir Rien menahan tawa. Minta ampun, remaja sekarang begitu cepat matang! Rien membatalkan keinginannya untuk menanyakan komentar Kino. Sebaliknya, ia malah bangkit membuat Kino memalingkan muka dengan wajah bersalah. Pikir Kino, jangan-jangan ia tahu aku tadi melihat pahanya.
“Kamu mau minum, Kino?” tanya Mba Rien setelah berdiri, dan tanpa menunggu jawab ia berkata lagi, “Yuk, ikut saya ambil minum di ruang sebelah.”
Kino bangkit dan mengikuti wanita pujaannya seperti kerbau dicucuk hidungnya. Entah kenapa, wanita ini tidak bisa kubantah! ucapnya dalam hati.
Ruangan itu terletak di sebelah ruangan latihan, berupa sebuah dapur lengkap dengan meja makannya. Ada sebuah lemari es besar, dan Mba Rien tampak sedang membukanya dan mengambil beberapa minuman botol. Kino berdiri tidak jauh di belakangnya, melihat dengan takjub tubuh yang agak membungkuk di depannya. Kepala Mba Rien tersembunyi di balik pintu lemari es, tetapi bagian belakang tubuhnya yang seksi terlihat nyata di mata Kino. Gila! Segalanya terlihat indah! umpat Kino dalam hati.
Kemudian mereka minum sambil duduk di kursi makan. Mba Rien menawarkan kue, tetapi Kino menolak halus. Mereka berbincang-bincang, atau lebih tepatnya Mba Rien bercerita tentang segala macam. Kino lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Entah kenapa, Rien sendiri merasa semakin dekat dengan remaja di hadapannya. Rien merasa bahwa Kino adalah adik lelaki yang tak pernah dimilikinya. Saudara kandungnya semua perempuan, dan tinggal di lain kota. Di sini ia hidup sendirian, di sebuah kamar indekos tak jauh dari sanggar.
Untuk Rien, Kino adalah remaja yang menyenangkan. Tidak berulah seperti kebanyakan remaja seusianya. Kino juga sopan, walaupun matanya sering nakal. Ah, seusia itu pastilah sedang mengalami kebangkitan gairah seksual. Ia ingat, pada usia seusia Kino dulu, ia juga mengalami “revolusi” yang sama. Saat itu, pikirannya tak lekang dari gairah seks dan lawan jenis. Kino pastilah tak berbeda, cuma ia sangat sopan dan pemalu.
Sore itu mereka berpisah karena latihan menari telah usai. Kino mengucapkan terimakasih atas suguhan Mba Rien, dan Rien melambai di gerbang sambil mengucap, “Jangan bosan kemari, ya, Kino!”
Ah, bagaimana aku bisa bosan? ujar Kino dalam hat
Rabu, 13 Juli 2011
POMSU 2011 Dimulai ; Prestasi Atlet Mahasiswa Mesti Lebih Meyakinkan
POMSU 2011 Dimulai ; Prestasi Atlet Mahasiswa Mesti Lebih Meyakinkan | ||||
|
Pelaksana Tugas Gubernur Sumatera Utara (Plt Gubsu) Gubsu Gatot Pudjo Nugroho mengharapkan prestasi olahraga mahasiswa Sumut harus lebih menyakinkan. Namun sayang harapan itu tidak disampaikan langsung oleh Gatot, melainkan dalam sambutan tertulis dibacakan Kadispora Sumut Ristanto SH SpN pada pembukaan Pekan Olahraga Mahasiswa Sumatera Utara (POMSU) 2011 di GOR PBSI Jalan Pancing /Williem Iskandar Medan Estate, Senin (4/7). Menurut Gatot, prestasi olahraga mahasiswa Sumut masih bisa dimaksimalkan. Karenanya, pelaksanaan POMSU yang berlangsung hingga 9 Juli ini sangat penting sebagai sarana untuk lebih serius memperhatikan atau mengevaluasi kemampuan atlet. Gatot juga mengharapkan para atlet menjaga citra sebagai generasi muda penerus tongkat kepemimpinan bangsa. Karenanya,meski prestasi harus diraih di event ini, tapi sportivitas harus tetap dijaga. Sebelumnya Ketua Umum KONI Sumut H Gus Irawan Pasaribu SE MM menyebutkan, pihaknya mendukung penuh pelaksanaan POMSU. Ini karena tujuannya sangat positif, selain menjaring atlet persiapan menghadapi POMNAS di Batam September mendatang, juga sebagai sarana silaturahim para mahasiswa di provinsi ini. Gus Irawan juga memberi apresiasi kepada Bapomi Sumut pimpinan Drs Agus Sani MAP yang telah memassalkan olahraga di kalangan perguruan tinggi, sehingga POMSU diikuti 1589 atlet dari 58 perguruan tinggi negeri dan swasta. "Sudah saatnya memang olahraga selalu menghiasi keseharian kita, termasuk mahasiswa. Sebab olahraga mengajarkan kita nilai - nilai kompetitif, sportivitas, disiplin dan menjadikan kita sehat dan bugar," ujar Gus yang juga Dirut PT Bank Sumut. Ketua Umum Bapomi Sumut Drs Agus Sani MAP dalam kesempatan tersebut menjelaskan, POMSU terlaksana berkat metode kebersamaan seluruh pimpinan perguruan dan sekolah tinggi daerah ini. Agus Sani juga menyampaikan apresiasi khusus kepada Ketua Umum KONI Sumut Gus IrawanPasaribu."Kami merasakan betul betapa besar perhatian Pak Gus Irawan kepada Bapomi Sumut. Dan kami berharap kerjasama yang telah terjalin selama ini bisa terus berlanjut," kata Agus Sani. "Kami juga mengharapkan Pemprovsu memberi alokasi dana tambahan bagi Bapomi Sumut khususnya menghadapi Pomnas di Batam," tambahnya. Meriah Meski ribuan mahasiswa dan pimpinan perguruan tinggi serta civitas akademis kecewa karena Plt Gubsu urung membuka langsung event ini, tapi mereka akhirnya terhibur karena pembukaan berlangsung meraih. Puncak kemeriahan saat ditampilkannya kesenian tradisional Sumut, yakni Tor-tor sigale-gale yang menggunakan patung laki-laki tingginya sekitar 2,5 meter. Kesenian yang berasal darimasyarakat suku batak toba ini mendapat apresiasi sekitar 2.000 pengunjung, dan tumpah ke gelanggang bersama-sama untuk menortor termasuk Sekjend PP Bapomi Widio Winarso. Tarian ini dipersembahkan Akademi Kebidana Mitra Husada. Sebelumnya juga ada cherleaders dan tarian salsa dipersembahkan mahasiswa USU. Ketua Panpel Ir RO Sitorus MM menyebutkan POMSU yang dilaksanakan hingga 9 Juli 2011 diikuti 1589 atlet dari 58 PTN/PTS mendatang diikuti 10 cabang olahraga, yakni atletik, renang, pencak silat, karate, catur, bulutangkis, bola voli, basket, sepak takraw dan futsal. Hadir pada pembukaan kemarin, para pimpinan perguruan tinggi termasuk PR II Unimed Drs Chairul Azmi Hutasuhut MPd, Ketua Harian KONI Sumut John Ismadi Lubis, KomandanPPI KONI Sumut Prof Agung Sunarno, Pengpov Cabang olahraga dan undangan lainnya. Seusai pembukaan, cabang bolabasket langsung memulai pertandingan di Lapangan Sekolah Sutomo. Adapun hasil pertandingan basket, Putra: USU vs UMA 40-22, IBBI-UMSU 55-35, Mikroskil menang WO atas Polmed , Unimed vs Cendana 39-44, IAIN-PIA 42-38, IT&B vs LP3i 101-29. Putri: UMSI - Deli Husada 57-0, USU vs UMA 19-7. (mp/Harian Analisa) |
Langganan:
Postingan (Atom)